10 Desember 2021

Terapkan Strategi Restrukturisasi, Angkasa Pura Airports Optimis Arus Kas dan Ebitda Positif Tahun Depan




JAKARTA - Angkasa Pura Airports optimis kinerja keuangan perusahaan dapat pulih pada 2022 di tengah tekanan kinerja keuangan akibat terdampak pandemi sejak 2020 lalu. Hal tersebut ditandai dengan target arus kas yang kembali positif Rp1,15 triliun dan perolehan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (earning before interest, taxes, depreciation, and amortization ) atau EBITDA positif menjadi Rp1,56 triliun. 

"Angkasa Pura Airports tengah mengalami tekanan kinerja keuangan akibat penurunan trafik penumpang sebagai dampak pandemi Covid-19. Di tengah kondisi tersebut, Angkasa Pura Airports juga harus dihadapkan pada kewajiban pembayaran pinjaman yang digunakan untuk mengembangkan berbagai bandara demi menyelesaikan masalah lack of capacity. Namun mulai Januari 2022, Angkasa Pura I menjalankan program restrukturisasi dan optimis dapat membantu pemulihan kinerja pada 2022 yang ditunjukkan dengan arus kas positif Rp1,15 triliun dan EBITDA positif menjadi Rp1,56 triliun," ujar Direktur Utama Angkasa Pura Airports Faik Fahmi. 

Adapun skenario restrukturisasi yang akan dilakukan meliputi lima aspek yaitu restrukturisasi finansial, restrukturisasi operasional, penjaminan dan fund raising, transformasi bisnis, dan optimalisasi aset. Untuk restrukturisasi keuangan, Angkasa Pura Airports akan melakukan restrukturisasi hutang & pokok, relaksasi & restitusi pajak, liquidity management, penundaan penyelesaian Proyek Terminal Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.  Dari sisi restrukturisasi operasional, Angkasa Pura I manajemen operasional berbasis trafik tanpa mengurangi aspek keselamatan, keamanan dan pelayanan. Selain itu juga akan dilakukan simplifikasi organisasi dan optimalisasi SDM. 

Selain itu, untuk mendorong peningkatan pendapatan lainnya, transformasi bisnis usaha yang dilakukan Angkasa Pura Airports adalah menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Bandara Lombok Praya; pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali; dan mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) serta eks Bandara Selaparang Lombok. Melalui restrukturisasi ini, tahun depan Angkasa Pura Airports menargetkan pendapatan Rp4,86 triliun atau lebih tinggi dari estimasi Rp3,2 triliun pada tahun 2021 ini. 

Terkait utang berbunga perusahaan, Faik Fahmi menjelaskan bahwa jumlah utang berbunga perusahaan kepada kreditur dan investor hingga November 2021 senilai Rp28 triliun. Jumlah itu lebih kecil dari yang sebelumnya diberitakan mencapai Rp35 triliun. Kondisi ini juga bukan masalah bersifat struktural, namun lebih kepada akibat dampak pandemi Covid-19 yang membuat kinerja operasional dan keuangan tertekan dan berdampak kepada kemampuan membayar kewajiban pinjaman. 

Pinjaman tersebut digunakan untuk mengembangkan 10 bandara yang dalam kondisi lack of capacity di mana pada 2017 kapasitas bandara-bandara Angkasa Pura Airports hanya 71 juta penumpang per tahun, namun realisasi penumpangnya mencapai 90 juta per tahun dan meningkat lagi di 2018 menjadi sebesar  96 juta penumpang. Adapun bandara-bandara yang dikembangkan yaitu Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA), Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang.

"Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap. Dengan berbagai inisiatif strategis tersebut kami optimis dapat bertahan menghadapi kondisi sulit ini dan mulai bangkit pada 2022 serta dapat mencatatkan kinerja keuangan positif," ujarnya.

Kembali