02 April 2022

Perkuat Sistem Mitigasi & Evakuasi di YIA, Angkasa Pura Airports & BMKG Gelar Simulasi Bencana Gempa & Tsunami




KULON PROGO - Angkasa Pura Airports bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menggelar simulasi bencana gempa bumi dan tsunami untuk memperkuat sistem mitigasi, melihat potensi, serta kesiapan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) sebagai area evakuasi bagi keselamatan pengguna jasa dan masyarakat Kulon Progo.

Edukasi terhadap sistem mitigasi dan simulasi bencana ini melibatkan seluruh komunitas bandara seperti maskapai, ground handling, AirNav Indonesia, BPBD DIY, Basarnas, serta perwakilan masyarakat dari Kelurahan Glagah dan Palihan, Kulon Progo. Simulasi ini dilakukan dengan skenario terburuk yaitu Gempa Bumi Megathrust M 8,8 dengan ketinggian tsunami lebih dari 3 meter.

“Pelaksanaan simulasi gempa dan tsunami bersama BMKG Yogyakarta ini merupakan langkah yang tepat  untuk bersama-sama meningkatkan kesiapsiagaan YIA dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menghadapi potensi bencana. Kami sangat mengapresiasi sinergi dan kolaborasi seluruh pihak yang terlibat termasuk bagi warga Kulon Progo dan berharap kegiatan simulasi ini dapat terus dilaksanakan secara berkesinambungan,” ujar Direktur Utama Angkasa Pura Airports, Faik Fahmi.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono menerangkan bahwa potensi gempa bumi megathrust di Samudra Hindia Selatan (Jawa Tengah dan Yogyakarta) dapat memicu potensi tsunami di kawasan YIA. “Namun, dengan kesiapan mitigasi YIA, simulasi, dan edukasi yang dilakukan berkala secara terus menerus akan mampu meminimalisir dampak dari bencana yang timbul, hingga zero victim. BMKG dan Angkasa Pura I telah berkolaborasi menempatkan early warning system di bandara sebagai deteksi dini bencana,” terangnya.

“Dengan sistem mitigasi yang mumpuni serta kecepatan dan kecermatan dari para personil akan mampu mengelola krisis dengan baik. Sebagai contoh Bandara Internasional Sendai di Jepang mampu mengupayakan zero victim karena kesiapan mitigasi yang tepat dan respon cepat. Kami yakin YIA mampu menjadi bandara percontohan sebagai bandara tangguh gempa bumi dan tsunami, terlebih lagi bandara YIA juga telah mengaktifkan Airport Operation Control Center (AOCC),” imbuh Daryono.

YIA dibangun dengan kesiapan mitigasi bencana seperti likuifaksi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan abu vulkanik. Secara infrastruktur, YIA dirancang dan dibangun dengan ketahanan terhadap gempa 8,8 Magnitudo, dengan pusat gempa 400 meter dari bibir pantai, dan pondasi bangunan terminal menggunakan bored pile dengan kedalaman 26 meter. Bangunan Gedung Terminal YIA adalah struktur bangunan skala mega pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk menghadapi guncangan akibat gempa besar 8.8 magnitudo di pertemuan lempeng Australia dan lempeng Asia, dengan jarak yang relatif dekat dan juga menghadapi bahaya susulan berupa tsunami. Bangunan terminal juga dirancang dengan kekuatan yang dilebihkan agar tetap dapat difungsikan dengan baik setelah terjadi gempa, bahkan, gedung juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat evakuasi bencana tsunami sebagai bagian dari emergency preparedness.

Sebagai mitigasi bencana tsunami, YIA dirancang untuk menghadapi gempa dan tsunami dengan proyeksi ketinggian maksimum 12,8 MSL (Mean Sea Level). Apabila terjadi tsunami, diproyeksikan akan membutuhkan waktu 35 menit untuk sampai ke Gedung Terminal. Selain itu YIA memiliki fasilitas Gedung Crisis Centre 4 lantai dengan luas bangunan 5284 meter persegi, sebagai tempat evakuasi yang mampu menampung 1.000 jiwa.

“Kami berkomitmen secara berkala dan rutin untuk memastikan kolaborasi penyelenggaraan sosialisasi, edukasi kepada masyarakat dan komunitas bandara, serta simulasi mitigasi bencana ini dapat terlaksana. Sehingga ketika nantinya terjadi suatu bencana yang tidak dapat dihindari, bersama-sama kita dapat mengupayakan evakuasi sebanyak-banyaknya pengguna jasa dan masyarakat yang berada di lingkungan YIA. Masyarakat pun tidak perlu ragu untuk memanfaatkan bandara sebagai area evakuasi terdekat. Terlebih lagi YIA telah memiliki AOCC, di mana AOCC ini merupakan Ruang Pusat Kendali Operasi yang melaksanakan fungsi pusat kontrol, koordinasi, komunikasi, serta kolaborasi antar unit dan seluruh stakeholder di YIA,” tegas PTS. General Manager YIA Agus Pandu Purnama.

Rosyifudin, perwakilan warga Palihan turut menyampaikan apresiasi dan optimisme bahwa YIA mampu menjadi bandara tangguh bencana gempa bumi dan tsunami, “Kami merupakan saksi sejarah dibangunnya YIA, dan kami melihat sendiri bagaimana proses penanaman pilar-pilar hingga ke kedalaman, dan seperti apa penguatan tanahnya. Dengan melihat proses pembangunan serta bagaimana YIA dioperasikan saat ini, kami merasa lega karena nantinya akan ada tempat evakuasi terdekat yang aman bagi kami,” terangnya.

Kembali